Selamat datang di Ruli Paymand Blog

Kita dapat berbagi dengan sesama, sampaikan kabar yang membuat semua orang menjadi terInspirasi.

Jumat, 16 April 2010

SEMANGAT ITU, MASIH ADA PADA MEREKA
(Catatan dari Lapang, Program Penguatan Kelompok Orang Tua Murid dan Guru di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara)

Oleh : Lia PayMand

Mengantongi banyak Ijazah ternyata tidak menjamin bagi seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Kenyataan ini dialami oleh Gafarudin, salah seorang anggota Kelompok Orang tua Murid di kota Bau-Bau yang sudah mengenyam pendidikan tinggi tetapi ia merasa tidak mendapatkan banyak manfaat dari jenjang pendidikan formal yang diraihnya.

“Nama saya Gafarudin, pekerjaan saya bertani. Anak saya sudah duduk di bangku SD. Saya Sekolah sampai Perguruan tinggi dan saya mengoleksi 4 lembar ijazah tapi sampai hari ini saya susun rapi di dalam lemari”

Pak Gafarudin bisa dibilang cukup beruntung karena sempat mengenyam Pendidikan Tinggi. Sementara banyak masyarakat lain yang cukup puas hanya bisa menamatkan Sekolah Dasar dan mengubur cita-cita mereka karena alasan tidak ada biaya. Pada umumnya masyarakat yang ada di pinggiran kota (sebut saja Kaum Marginal) yang pekerjaan sehari-harinya bertani, beternak, ojek atau pedagang eceran kebanyakan hanya tamat Sekolah Dasar. Berharap, pengalaman pahit tidak bisa melanjutkan pendidikan tidak akan terjadi pada anak-anak mereka, tapi apa daya biaya pendidikan begitu mahal. Demi menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak, Mereka rela membanting tulang dan menguras keringat.



Ini hanyalah sebuah gambaran sejauh mana pemahaman para orang tua murid tentang Layanan pendidikan dasar yang berkualitas. Berdasarkan hasil Survey CRC ( Citizen Report Card) di 65 Sekolah Dasar di Kota Bau-Bau yang diadakan tahun 2006 lalu oleh Yayasan PRIMA atas dukungan ICW – ACCESS – AusAID, menunjukkan bahwa rendahnya pemahaman orang tua murid tentang kebijakan di bidang pendidikan (Wajib Belajar 9 tahun, Manajemen Berbasis Sekolah, RAPBS), kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pendidikan, adanya beberapa jenis pungutan, peran serta masyarakat yang masih rendah dan adanya indikasi korupsi anggaran pendidikan dan tingkat kesejahteraan Guru yang masih rendah menguatkan fakta yang ada di lapangan.

Berangkat dari persoalan ini, maka penguatan kelompok Orang Tua Murid dan Guru menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Mengingat Guru adalah salah satu elemen yang paling penting dalam proses belajar mengajar, dan yang menentukan kualitas murid yang ada di sekolah. Sementara Orang Tua adalah orang yang paling bertanggungjawab bagi pendidikan anak di luar sekolah. Namun jika pemahaman Orang Tua dan Guru masih minim dalam hal kualitas pendidikan maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Kualitas Layanan pendidikan di Kota Bau-Bau masih perlu ditingkatkan.

Bercita-cita melahirkan sebuah kelompok orang tua murid dan guru kritis bukan hal yang mudah. Untuk melahirkan keberanian mereka dalam membentuk kelompok butuh diskusi yang cukup panjang. Kata “KRITIS” dimata mereka adalah sebuah bentuk perlawanan terhadap pengambil kebijakan, tidak dipahami sebagai bentuk pemahaman terhadap hak-hak mereka sebagai warga negara. Dan pertanyaan ini tidak hanya terlontar dari orang tua murid melainkan juga terlontar dari Guru. Ketergantungan Guru terhadap Kepala sekolah begitu besar sehingga akivitas berkelompok/berorganisasi di luar sekolah pun masih butuh persetujuan/ izin dari kepala sekolah. Dengan alasan kewajiban mereka adalah mengajar dan setiap harinya harus mengisi Absensi.




Melalui diskusi yang cukup panjang dan semangat ingin meningkatkan kualitas Layanan Pendidikan maka segala kekhawatiran dan ketakutan berubah menjadi motivasi bagi Orang Tua Murid dan Guru sehingga pada minggu pertama Desember 2007, terbentuklah 8 kelompok Orang tua Murid dan 4 kelompok Guru kritis dari empat wilayah kecamatan di Kota Bau-Bau yakni (Kecamatan Bungi, Sorawolio, Wolio dan Betoambari).
Meski kelompok ini baru terbentuk, kita boleh berharap bahwa Ke depan Kelompok ini bisa menjadi pemerhati pendidikan di Kota Bau-Bau dan merupakan motivator bagi masyarakat dalam mengawal peningkatan kualitas layanan pendidikan di kota Bau-Bau. Minimal ada posko pengaduan masyarakat mengenai keluhan-keluhan dalam pelayanan pendidikan, dan akan semakin mewacananya isu-isu pendidikan yang ada di kota Bau-Bau.

Kemungkinan itu setidaknya bisa tergambarkan melalui harapan-harapan dari anggota kelompok, seperti yang dikemukakan oleh La Injari, salah seorang anggota kelompok Orang Tua Murid. Dengan berkelompok, kita akan menjadi kuat dan bisa membuat perubahan dalam banyak hal tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Ungkapan ini kiranya bisa menjadi pegangan buat kita semua dalam memajukan pendidikan di negeri kita ini.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar