Selamat datang di Ruli Paymand Blog

Kita dapat berbagi dengan sesama, sampaikan kabar yang membuat semua orang menjadi terInspirasi.

Senin, 21 Maret 2011

My pic


Blajar dandan

Senin, 31 Mei 2010

PEMILUKADA MUNA, Perubahan yang diharapkan............... 
 Oleh : Ruli Paymand

Sebentar lagi Pemilukada di kabupaten Muna akan digelar. Pencoblosan tinggal menghitung hari, tepatnya 9 hari lagi (10 juni 2010). Para calon sibu berkampanye dari Desa ke desa. Untuk menarik simpati warga mereka mengadakan hiburan musik dengan mendatangkan penyanyi Ibukota (ibukota Propinsi or ibukota Negara). Para pendukung Silih berganti berorasi untuk menyampaikan komitmen terhadap para calon. Sementara Ribuan warga berdesakan untuk melihat calon yang didukungnya. 

Suasana Kampanye begitu Ramai....Ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak semua berkumpul untuk menghadirinya. Sebagai catatan adalah semoga mereka datang bukan hanya sekedar menikmati hiburan yang ditampilkan, melainkan sungguh-sungguh ingin mendengar Visi Misi para Calon sebagai referensi dalam melakukan vote nantinya. Fanatisme pun jangan sampai berlebihan, sehingga lupa bahwa pesta ini hanya berlangsung dalam hitungan bulan,setelah itu kita akan kembali menjadi warga negara yang harus tetap terlibat dalam proses-proses pembangunan di daerah. 

Dari 5 calon yang ada, 1. KADIN (La Ode Kardini - Kamaruddin), 2. ILHAM (La Pili - La Ode Halami), 3. DAMAI (dr. Baharuddi - Malik Ditu), 4. GADIS (La Ode Gawu - Arwaha adySyaputra), 5. RAMAH (Rusman Emba - Haridin), memiliki Visi Misi untuk membangun Muna di masa yang akan datang. Sebagai Konsep sudah sangat bagus, semoga mereka tidak lupa untuk mempertanggungjawabkannya ketika mereka dipilih sebagai pelayan Masyarakat nantinya (BUPATI). Partisipasi warga, pemberdayaan perempuan, reformasi birokasi.... harus menjadi catatan penting bagi warga yang harus selalu diingatkan jika kelak mereka lupa untuk mengimplemetasikannya.

Pada akhirnya pesta ini adalah pesta seluruh rakyat Muna... ditangan rakyatlah masa depan Muna 5 tahun ke depan. Jangan salah pilih jika ingin membuat perubahan yang lebih bermakna.

Senin, 10 Mei 2010


MENDORONG KETERLIBATAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
MELALUI PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL
(oleh Wa Ode Rulia PayMand, Wakil Ketua Badan Eksekutif Perkumpulan SWAMI)

Budaya Patriarkhi yang mengakar pada kehidupan masyarakat menempatkan perempuan pada posisi yang kurang beruntung. Diskriminasi, peminggiran hak dan subordinasi serta beban ganda sering menimpa kehidupan kaum perempuan, terutama mereka yang tergolong dalam kaum miskin. Dalam kehidupan keluarga, sering kali anak perempuan menjadi warga kelas 2 (dua) untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan dibandingkan anak laki-laki dan mereka diberi tanggungjawab yang sangat besar untuk mengurus keperluan rumah tangga (domestik). Di sektor publik pun, Posisi perempuan tidak cukup beruntung, misalnya ketersediaan lapangan kerja bagi perempuan dan keterlibatan dalam proses-proses pengambilan kebijakan.

Senin, 19 April 2010

Lokakarya Pembelajaran (Vibrant)

Jumat, 16 April 2010

SEMANGAT ITU, MASIH ADA PADA MEREKA
(Catatan dari Lapang, Program Penguatan Kelompok Orang Tua Murid dan Guru di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara)

Oleh : Lia PayMand

Mengantongi banyak Ijazah ternyata tidak menjamin bagi seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Kenyataan ini dialami oleh Gafarudin, salah seorang anggota Kelompok Orang tua Murid di kota Bau-Bau yang sudah mengenyam pendidikan tinggi tetapi ia merasa tidak mendapatkan banyak manfaat dari jenjang pendidikan formal yang diraihnya.

“Nama saya Gafarudin, pekerjaan saya bertani. Anak saya sudah duduk di bangku SD. Saya Sekolah sampai Perguruan tinggi dan saya mengoleksi 4 lembar ijazah tapi sampai hari ini saya susun rapi di dalam lemari”

Pak Gafarudin bisa dibilang cukup beruntung karena sempat mengenyam Pendidikan Tinggi. Sementara banyak masyarakat lain yang cukup puas hanya bisa menamatkan Sekolah Dasar dan mengubur cita-cita mereka karena alasan tidak ada biaya. Pada umumnya masyarakat yang ada di pinggiran kota (sebut saja Kaum Marginal) yang pekerjaan sehari-harinya bertani, beternak, ojek atau pedagang eceran kebanyakan hanya tamat Sekolah Dasar. Berharap, pengalaman pahit tidak bisa melanjutkan pendidikan tidak akan terjadi pada anak-anak mereka, tapi apa daya biaya pendidikan begitu mahal. Demi menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak, Mereka rela membanting tulang dan menguras keringat.

Senin, 05 April 2010

Minggu, 04 April 2010

My pic